Tuesday, July 29, 2008

Kolera Mewabah 172 Nyawa Melayang, Pemerintah Lamban, Wabah Semakin Meluas

spacer.png, 0 kB
banner

Home
Kolera Mewabah 172 Nyawa Melayang, Pemerintah Lamban, Wabah Semakin Meluas PDF Print E-mail
Ditulis Oleh: Islami/Papua Pos
Selasa, 29 Juli 2008

http://www.papuapos.com
Jenazah korban wabah kolera dan muntaber yang terjadi di salah satu Distrik di Kabupaten Paniai saat akan dimakamkan oleh pihak keluarga dan kerabat. (Sumber: Gereja Sinode Kingmi Papua)
Jayapura – Kolera dan Muntaber mewabah, 172 nyawa masyarakat di kampung melayang, kasus ini sudah berlangsung beberapa bulan, tetapi pemerintah dianggap lamban bertindak dan wabah semakin luas.

Wabah kali ini ditemukan di titik wilayah Lembah Kamuu dan distrik Moanemani Kabupaten Paniai sejak tanggal 6 April 2008.

Data Keadilan Perdamaian Keutuhan Ciptaan (KPKC) Sinode Kingmi yang melakukan kunjungan kelokasi dan melakukan pengumpulan data, mendapatkan inforasi hingga 21 Juli lalu, wabah tersebut telah menelan nyawa manusia sebanyak 172 orang, baik dewasa maupun anak-anak. Dari data yang berhasil didapatkan KPKC Sinode Kingmi, SKP Keuskupan Jayapura, SKP Keuskupan Timika dan Biro KPCK Sinode GKI di Tanah Papua, korban meninggal terjadi di dua tempat yaitu, Distrik Moanemani sebanyak 111 orang dan Distrik Kamuu Utara sebanyak 36 orang.

Untuk tingkat anak-anak umur 1-10 tahun sebanyak 38 orang, remaja umur 11-20 tahun 18 orang, pemuda umur 21-30 tahun 22 orang, dewasa 33 -70 tahun 68 orang.

Melihat kondisi yang memprihatinkan dan belum mendapatkan penangan serta perhatian dari pemerintah, Biro Keadilan Perdamaian Keutuhan Ciptaan (KPKC) Sinode Kingmi, SKP Keuskupan Jayapura, SKP Keuskupan Timika dan Biro KPCK Sinode GKI di Tanah Papua, meminta kepada pemerintah Provinsi Papua maupun pemerintah kabupaten Paniai untuk segera mehttp://www.papuapos.comlakukan tindakan juga investigasi terhadap wabah yang masih dianggap simpangsiur, serta mengambil tindakan medis dan pencegahan terhadap masyarakat setempat.

Pdt. Benny Giay dari KPKC Sinode Kingmi dalam konfrensi pers di Kantor Keuskupan Jayapura, Senin (28/7) kemarin, didampingi Br. J. Budi Hernawan, OFM dari SKP Keuskupan Jayapura, Ketua Sekolah Tinggi Filsafat Theologi (STFT) Fajar Timur, Dr. Neles Tebay dan Fr. Saul Wanimbo, Pr, menjelaskan kejadian yang menimpa masyarakat di kampung ini tidak boleh diabiarkan dan berlanjut, harus segera diambil tindakan dan dihentikan.

“Sangat disayangkan, sekalipun wabah ini sudah menyerang masyarakat di Lembah Kamuu, Kabupaten Paniai, selama 4 bulan berturut-turut, hingga kini tidak ada tindakan nyata dari pemerintah provinsi maupun kabupaten, untuk menyelamatkan nyawa warga di sana,” ujar Benny.

Dari data yang berhasil dihimpun KPKC Sinode Kingmi, wabah tersebut telah menyebar di 17 kampung dari 2 distrik di Lembah Kamuu dan dua kampung dari satu distrik di kabupaten Paniai.

Disisi lain, tidak upaya penanganan yang bersifat segera, menyeluruh dan berkelanjutan dari pemerintah, telah menimbulkan frustasi dan kecurigaan mendalam di masyarakat apabila wabah tersebut disebarkan dan pemerintah juga seolah-olah sengaja membiarkan masyarakat.

Ditempat yang sama Br. J. Budi Hernawan, OFM dari SKP Keuskupan Jayapura menjelaskan, sebagai upaya tindakan terhadap wabah yang sudah mengkawatirkan itu, Persatuan Gereja-Gereja se-Papua (PGGP) mencoba memberikan informasi kepada pemerintah Provinsi Papua dengan mengirim surat meminta audiens dengan Gubernur Papua, namun dari Sekertaris Gubernur mengatakan pihak PGGP bisa bertemu Gubernur setelah kegiatan Turkam selesai.

“Kami sudah mengirimkan surat untuk bertemu Gubernur, namun jawabannya baru dapat dipastikan setelah Turkam selesai,” papar Budi.

Menanggapi kejadian ini, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua, dr. Bagus Sukaswara saat dikonfirmasi Papua Pos, semalam melalui telepon selulernya mengatakan, dirinya tidak dapat mengomentari masalah tersebut karena pihaknya belum mengetahui data pasti tentang korban meninggal.

Begitu juga terhadap siaran pers dari KPKC, dirinya belum mengetahui isinya dan data yang diperoleh.

Bagus menjelaskan, pemerintah dalam hal ini dinas kesehatan Provinsi Papua telah melakukan tindakan, walau tidak menjelaskan tindakan apa yang sudah dilakukan untuk menghentikan wabah dan korban jiwa.

“Masalah ini sudah ditangani sejak bulan April lalu, kalau jumlah pastinya saya sendiri belum mengetahui sehingga tidak dapat berkomentar banyak,” tegasnya. **